Welcome To

Welcome To
Gie (2005) adalah sebuah film garapan sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana. Gie mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie, mahasiswa Universitas Indonesia yang lebih dikenal sebagai demonstran yang idealis dan pecinta alam.

Film ini diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karya Gie sendiri, namun ditambahkan beberapa tokoh fiktif agar ceritanya lebih dramatis. Menurut Riri Riza, hingga Desember 2005, 350.000 orang telah menonton film ini. Pada Festival Film Indonesia 2005, Gie memenangkan tiga penghargaan, masing-masing dalam kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nicholas Saputra), dan Penata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau).

Soe Hok Gie (1942-1969) merupakan figur pemuda yang dalam masa transisi politik mampu melihat kekurangan Orde Lama tanpa menutup mata terhadap tindakan rezim Soeharto yang baru mulai berkuasa. Pemuda yang berada pada zaman di mana pertanyaan kamu kiri atau kanan yang akan menentukan hidup seseorang pada waktu itu

Dalam sebuah wawancara, produser Mira Lesmana menjelaskan alasannya mengangkat tokoh ini dengan perkiraan biaya awalnya mencapai Rp 7 miliar.

"Situasi politik belakangan ini masih sejajar seperti ketika Soe Hok Gie masih menjadi aktivis pada tahun 1966. Kita mestinya belajar dari sejarah ya..." kata Mira (Kompas 10/5/2003)

Jika anda membaca Catatan Seorang Demonstran tentu anda berharap adegan-adegan demonstrasi yang dimotori oleh Gie dan sahabat-sahabatnya, bahkan cukup detil dituliskan dalam catatan hariannya. Memang tidak banyak ditunjukkan dan saya sempat berpikir bahwa film ini akan menyodorkan bagaimana proses sebuah demonstrasi mahasiswa disiapkan secara teknis dan nonteknisnya, saya tak berharap ada adegan demonstrasi kolosal yang mahal. Di sisi lain kegiatan hobinya naik gunung kurang ditunjukkan, sebab saya ingin tahu pada tahun itu seperti apa mereka menyiapkan peralatan naik gunung yang tentunya tak mudah didapatkan seperti sekarang, dan hal ini ada penjelasannya di buku CSD.

Di film ini cakrawala lebar hanya bisa anda dapatkan dalam setting di gunung, termasuk di padang Edelweiss (padang Suryakencana kalau tidak salah namanya) Gunung Gede dan puncak triangulasi Gunung Pangrango (saya pernah duduk juga di puncak Pangrango tersebut dan tidur di kelilingi bunga Edelweiss yang berlimpah), sedangkan di kota hanyalah sudut-sudut kamera sempit namun cukup tertata dalam menggambarkan suasana kota lama Jakarta.

Satu yang kurang dari film ini adalah Gie pernah melakukan perjalanan ke luar negeri yaitu ke Amerika dan ke Australia di tahun 1968, setahun sebelum Mapala UI menyiapkan pendakian ke puncak tertinggi di pulau Jawa yaitu gunung Semeru, namun tidak ada deskripsi atau adegan tentang hal ini, memang cukup mengecewakan, namun bisa dimengerti jika alasannya adalah sulit dan mahalnya pengambilan gambar. Salah satu catatannya selama ke Australia adalah piringan hitam Joan Baez-nya ditahan di bandara. Di waktu sebelumnya Sita menyanyikan lagu Donna Donna Donna dengan apik, bahkan cukup menyayat hati mendengar kembali lagu tersebut di film Gie. Lagu “Donna Donna Donna” dulu saya dengarkan sambil membaca buku CSD, yang cukup memengaruhi saya menyukai lagu-lagu Joan Baez yang lain, terutama lagu Diamond and Rust (1975).

Di tengah film-film yang mengangkat tema percintaan remaja, Gie memang berupaya mengangkat tema politik dan sejarah. namun dibalik itu semua terdapat suatu makna yang sangat dalam terkandung dalam film tersebut. tertuma untuk para pemuda indonesia yang merupakan tumpuan dan menentukan bangsa indonesia kedepan.

trailer film gie



link download : download Film GIE

0 komentar:

Posting Komentar

share

About